Beritaimn.com – Seorang warga Tambelang, Kabupaten Bekasi, tertipu ketika membeli perangkat elektronik berupa set top box (STB). Alat ini untuk menangkap siaran televisi digital setelah pemerintah menghentikan siara analog sejak 2 November 2022.
“Baru datang tadi sore, ketika dibuka isinya garam halus satu plastik,” ujar Dina, pada Rabu (9/11/ 2022) malam.
Ia menjelaskan, orang tuanya memang sering belanja lewat marketplace untuk memenuhi kebutuhan rumah. Karena itu, tak curiga sama sekali begitu memesan set top box (STB). Apalagi, harga yang ditawarkan oleh penjual cukup murah, yaitu Rp 170 ribu.
“Sebelumnya beli offline, karena ada harga lebih murah, tergiur,” kata Dina yang menyebut STB rencananya buat televisi di rumah kakeknya.
Tak disangka, begitu paket yang dikirim dengan sistem pembayaran COD (cash on delivery), rupanya berisi seplastik garam halus ukuran 250 gram. “Baru kali ini kena tipu,” ucap Dina.
Harga STB di Glodok Naik Tajam Setelah Migrasi TV Analog, Paling Murah Rp 300 Ribu
Sejumlah pemilik toko di Pusat Grosir Elektronik Glodok, Jakarta Utara, mengatakan, harga set top box (STB) meningkat tajam seusai kebijakan migrasi migrasi TV analog ke TV digital atau analog switch off (ASO) diumumkan. STB yang semula dijual paling murah di bawah Rp 100 ribu, kini terendah Rp 300 ribu atau naik hingga tiga kali lipat.
“Makin naik (harga STB), sampai ada yang Rp 100 ribu waktu itu (dijual), sudah naik sampai bisa Rp 300 ribu,” kata Lia, pemilik toko Elektro Jaya di Glodok, dalam keteranganya, pada Minggu (6/11/2022).
Sedangkan khusus di tokonya, Lia mengatakan, harga rata-rata STB adalah di atas Rp 200 ribu. Padahal sebelum ASO berlaku, toko tersebut menjual STB dengan harga rata-rata di bawah Rp 200 ribu.
Lanjut, dia menjelaskan, harga yang berlaku saat ini sudah sesuai dengan harga jual dari agen distributor. “Sebenarnya saya kasihan sama orang-orang, cuma mau gimana ya, saya juga dapatnya segitu, enggak mungkin saya jual rugi semua. Di pasarannya juga semuanya naik,” ungkap Lia.
Dia pun menjelaskan, toko-toko di Glodok memasang harga berbeda-beda. Dia menyatakan kenaikan harga bukan terjadi karena penjual aji mumpun. Para pemilik toko, kata Lia, tidak ingin memanfaatkan momentum migrasi televisi untuk mengerek harga STB setinggi-tingginya.
Dia pun menjelaskan, toko-toko di Glodok memasang harga berbeda-beda. Dia menyatakan kenaikan harga bukan terjadi karena penjual aji mumpun. Para pemilik toko, kata Lia, tidak ingin memanfaatkan momentum migrasi televisi untuk mengerek harga STB setinggi-tingginya.
“Bukan karena aji mumpung, enggak. Hari ini makanya banyak yang saya suruh pergi kan, besok saja karena besok barang datang, saya sudah pesan. Harganya lebih murah,” tutur Lia.
Toko lainnya bernama Resolution juga mengalami hal yang sama. Pemilik toko, Acoy, menuturkan, harga standar STB sebelum ASO berlaku adalah di bawah Rp 200 ribu. Sekarang, dia berujar, harga STB tersebut menjadi Rp 250 ribuan, bahkan ada yang Rp 300 ribuan.
“Bervariasi harganya. Sudah mahal. Semua merek STB laku yang penting ada barang. Kebanyakan kosong (hari ini). Ada juga persediaan, tapi terbatas sih,” ujar Acoy. “Mungkin besok kita cari lagi, tapi bisa dapat harga mahal”.
Acoy menceritakan, penjualan STB di tokonya melonjak drastis setelah Kominfo mengumumkan ASO atau migrasi ke TV digital di Jabodetabek. “Penjualan naik drastis,” kata Acoy.
Sebelum ASO diberlakukan, Acoy berujar, STB hanya laku terjual dua sampai tiga unit. Sehari pun paling banter terjual lima unit. “Setelah ASO, tergantung toko masing-masing-masing ya, kadang-kadang ada sampai berapa puluh, bahkan ratusan,” katanya. (***)