PEKALONGAN, BeritaIMN.com – Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Dinparbudpora) Kota Pekalongan melalui UPTD Museum Batik melaksanakan lomba nglowongi batik yang diikuti 40 peserta, di halaman Museum Batik Kawasan Jetayu, Sabtu (23/7/2022).
Ini adalah wujud dari regenerasi pelestari batik untuk melestarikan proses pembuatan batik secara tradisional.
Kepala Dinparbudpora kota Pekalongan, Sutarno mengapresiasi lomba ini, disebabkan selama dua tahun pandemi, Museum Batik dapat kembali menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan masyarakat untuk menikmati, mempelajari, sekaligus melestarikan warisan budaya, yaitu batik.
“Selama pandemi tidak diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan secara luring hanya virtual, pada PPKM level 1 ini dilonggarkan sehingga kami dapat mengadakan rangkaian kegiatan HUT museum batik dengan tetap memenuhi protokol kesehatan,” terangnya.
Menurut Sutarno, lomba seperti ini sangat perlu diselenggarakan secara rutin untuk regenerasi pengrajin dan penggiat batik di kota Pekalongan. Ia bersyukur, melihat antusias masyarakat yang mengikuti lomba nglowongi didominasi pemuda.
Sementara itu, Kepala UPTD Museum Batik, Akhmad Asror menyebutkan 40 peserta dari kategori umum, tidak dibatasi untuk kota Pekalongan saja namun juga kota lain seperti Purworejo dan Yogyakarta, “Kapasitas peserta ada 40, kategori umi bahkan kita tidak batasi hanya kota Pekalongan saja, tetapi ada daerah lain seperti Purworejo dan Yogyakarta,” tuturnya.
Ia mengungkapkan saat ini jumlah masyarakat yang melestarikan proses tahapan pembuatan batik secara tradisional semakin berkurang, sehingga diharapkan melalui lomba nglowongi cara tradisional pada pembuatan batik dapat diteruskan oleh generasi muda dan berlanjut selamanya.
“Nglowongi salah satu proses tahapan batik tulis, saat ini beberapa orang yg melestarikan batik tulis melalui canting tulis memang semakin berkurang, generasinya semakin sedikit, maka dari itu kami menyelenggarakan lomba nglowongi meskipun tidak hanya nglowongi, ada ngiseni, nanahi dan juga sampai mewarnai, semoga proses pembuatan secara tradisional, nglowongi pakai canting tulis menggunakan lilin malam panas dapat lestari dengan adanya generasi penerus dan berlanjut selama-lamanya ” tambahnya.
Istri Walikota Pekalongan sekaligus ketua TP PKK, Inggit Soraya yang hadir dalam kegiatan ini juga ikut serta mencoba nglowongi batik. Setelah mencoba, menurutnya proses pembuatan batik secara tradisional ini tidak mudah seperti yang dilihat, butuh ketelitian, kesabaran dan kreativitas yang tinggi untuk menghasilkan batik cantik.
“Saya pingin coba nglowongi dan setelah saya coba, ternyata tidak semudah yang kita lihat, perlu ketrampilan yang luar biasa, sabar dan ketlantenan, banyak yang bilang batik itu mahal, namun memang proses membuatnya ini susah jadi sangat pantas jika harganya mahal, dari prosesnya tidak semua orang bisa,” kata Inggit.
Dalam kesempatan tersebut, Inggit mengajak masyarakat kota Pekalongan agar lebih menghargai dan melestarikan batik, “Kira bersyukur sekali punya warisan budaya yang belum tentu dimiliki daerah lain, seperti kota Pekalongan dengan batik tulisnya lebih halus, warnanya lebih cantik dan harganya murah, banyak pembatik yang usianya sudah sepuh, semoga dengan adanya lomba ini masyarkat kita bisa berkreasi dan mencintai batik lagi,” pungkasnya. (Kominfo/DR)