Miris! Tak Ada Meja Kursi, Murid SDN Sukawangi Bekasi Terpaksa Belajar Lesehan

Miris! Tak Ada Meja Kursi, Murid SDN Sukawangi Bekasi Terpaksa Belajar Lesehan

Spread the love

Ratusan siswa di SDN 02 Sukadaya, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, harus belajar di ruang kelas berlubang selama lima tahun terakhir. (Foto: Istimewa)

BEKASI, Beritaimn.com Murid SDN 02 Sukadaya, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi terpaksa belajar secara lesehan di lantai karena minimnya fasilitas meja dan kursi. Mereka juga harus menjalani kegiatan belajar mengajar di dalam ruang kelas yang kondisinya rusak.

Kondisi ruang kelas yang rusak seperti atap atau plafon yang berlubang. Di beberapa bagian sisinya juga terlihat kayu kerangka bangunan yang sudah lapuk termakan usia. Atap ruang kelas yang berlubang sudah terjadi sekitar lima tahun yang lalu. Kondisi ruang kelas rusak ini digunakan sebagai tempat belajar mengajar untuk murid kelas satu sampai kelas enam.

“Semua kelas atasnya berlubang, dari kelas satu sampai enam, jumlah siswa total ada 300, kalau yang kelas satu ada 22 siswa yang duduk di lantai,” ucap salah seorang guru SDN 02 Sukadaya yang enggan disebutkan namanya, Kamis (25/8/2022).

Akibat bangunan sekolah yang rusak, tidak jarang para murid diliburkan, terutama saat turun hujan. Karena air hujan masuk ke dalam kelas melalui atap yang berlubang.

“Anak-anak sepatunya dilepas atau pakai sendal. Kalau musim hujan, ya enggak bisa pakai sepatu. Karena kalau pakai sepatu, licin,” katanya.

Kepala SDN 02 Sukadaya, Kecamatan Sukawangi, Eko Susanto mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bekasi sudah meninjau dan merencanakan pembangunan gedung sekolah baru. “Kemarin dari pemerintah sudah datang. Bappeda juga berencana mau ke sini untuk ukur lahan,” ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Carwinda mengatakan, pembangunan gedung baru sekolah sudah diusulkan ke Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang pada tahun depan. Sedangkan kebutuhan mebeler, saat ini masih dalam proses pengadaan.

“Kalau bicara fisik bangunan, itu wewenang pembangunan ada di Dinas Cipta Karya. Karena memang yang melakukan pembangunan fisik itu strukturnya ada di Dinas Cipta Karya. Sedangkan kami mengusulkan sekolah mana yang harus direhab,” katanya.

Menurut dia, pembangunan gedung baru untuk sekolah belum seluruhnya terealisasi karena ada program lain yang lebih diprioritaskan. Seperti, program penanganan Covid-19 yang berdampak pada munculnya kebijakan refocusing anggaran. “Karena itu kan sesuai dengan uang yang ada, semua sekolah-sekolah yang kondisi dan usianya sudah lama, ditambah lagi dua tahun di zaman Covid itu tidak ada pembangunan untuk rehab,” katanya. (***)