Desa Muliorejo Potret Desa Industri dan Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Muliorejo Potret Desa Industri dan Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat

Spread the love

 

DELISERDANG, Beritaimn.com – Kelompok 6 dari Mata Kuliah Dinamika Masyarakat Desa yang dibimbing oleh Ibu Dra. Berlianti, M.SP. Terdiri dari lima mahasiswi, yakni; Dito Pranata (210902034), Raudhatul Jannah (210902038), Indah Lestari Sihombing (210902042), Ulina Tassia Br.Hutagaol (210902046), Dinda Renita Sibagariang (210902076).l, pada beberapa saat yang lalu, Rabu (11/09)

Menurut Mulyana (2005), dinamika adalah suatu gerakan yang terus berlangsung dan selalu mengarah pada perkembangan atau perubahan tertentu. Dinamika ini bisa bersifat positif atau negatif, tergantung pada faktor-faktor yang memengaruhi jalannya proses tersebut.

Desa Muliorejo berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang merupakan wilayah industri, telah mengalami berbagai perubahan baik dari segi sosial maupun ekonomi. Perubahan ini sering kali disebut sebagai dinamika sosial ekonomi, di mana dinamika menggambarkan gerak perubahan atau perkembangan yang terjadi dalam suatu komunitas atau sistem sosial.

Dengan 90% penduduknya yang bekerja di sektor industri, terutama sebagai buruh pabrik, desa ini kini lebih dikenal sebagai desa industri. Namun, di balik modernisasi dan transformasi ekonomi yang pesat, terdapat berbagai permasalahan yang perlu menjadi perhatian bersama. Di satu sisi, kehadiran sektor industri diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Kesempatan bekerja di pabrik-pabrik yang tersebar di sekitar wilayah desa membuka peluang bagi banyak penduduk untuk mendapatkan penghasilan tetap.

Namun, kenyataannya, sektor industri di Desa Muliorejo tidak sepenuhnya inklusif. Pekerjaan sebagai buruh pabrik umumnya hanya terbuka bagi penduduk yang berusia di bawah 30 tahun, sehingga banyak penduduk yang lebih tua tidak lagi bisa mengakses lapangan pekerjaan di sektor ini. Akibatnya, mereka yang berusia di atas 30 tahun harus mencari alternatif pekerjaan, seperti buruh tani atau buruh harian lepas, yang penghasilannya jauh lebih tidak stabil. Permasalahan sosial pun muncul seiring dengan perubahan struktur ekonomi desa.

Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam semangat gotong royong kini lebih terfokus pada pekerjaan di sektor industri. Interaksi sosial semakin berkurang, dan kegiatan-kegiatan tradisional seperti gotong royong untuk membersihkan lingkungan sudah jarang dilakukan. Hal ini diperburuk oleh melemahnya peran paguyuban adat yang dulu menjadi penggerak utama dalam menjaga tradisi dan adat istiadat desa.

Dengan kesibukan di pabrik, banyak pemuda desa yang juga kurang terlibat dalam kegiatan sosial dan budaya lokal.
Meskipun sektor industri mendominasi, pertanian masih menjadi salah satu sumber mata pencaharian bagi sebagian kecil penduduk Desa Muliorejo. Namun, sektor ini menghadapi tantangan besar. Lahan pertanian yang semakin terbatas dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknologi pertanian modern menyebabkan produktivitas pertanian menjadi rendah.

Pemerintah telah berupaya membantu dengan memberikan pupuk subsidi dan bibit tanaman, namun hasilnya belum sepenuhnya memadai untuk mengangkat kesejahteraan petani. Selain itu, desa ini juga menghadapi tantangan dalam hal pengembangan keterampilan dan distribusi produk lokal. Berbagai pelatihan keterampilan, seperti menjahit dan membatik, sudah diadakan untuk meningkatkan ekonomi kreatif desa. Namun, kendala terbesar yang dihadapi adalah pemasaran produk-produk tersebut.

Banyak produk yang dihasilkan oleh masyarakat tidak laku di pasaran karena minimnya akses ke pasar yang lebih luas. Mengatasi berbagai tantangan ini memerlukan solusi yang komprehensif dan melibatkan semua pihak. Untuk mengatasi masalah sosial, kegiatan yang membangun solidaritas, seperti acara budaya atau olahraga, bisa diadakan secara rutin untuk menghidupkan kembali interaksi sosial yang kian memudar. Paguyuban adat juga perlu diperkuat untuk memastikan bahwa tradisi dan adat istiadat tidak hilang di tengah modernisasi.

Dari segi ekonomi, peningkatan keterampilan melalui pelatihan dan kursus yang relevan dengan kebutuhan pasar industri maupun kreatif dapat membantu masyarakat meningkatkan daya saing mereka. Selain itu, inisiatif seperti pemberian polibag dan bibit tanaman kepada warga juga dapat mendorong ketahanan pangan keluarga, serta memberikan peluang bagi masyarakat untuk memulai usaha pertanian skala kecil. (Red).

Tinggalkan Balasan