TEBINGTINGGI SUMUT, Beritaimn.com – Sesuai tupoksi dan sumpah jabatan, pada dasarnya setiap pejabat negara yang telah diambil sumpahnya adalah pelayan masyarakat sesuai apa yang dia ikrarkan disaat pelantikan.
Namun yang terjadi di Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis Kota Tebingtinggi Sumut yang dipimpin Syaipul Amri, sungguh sangat ironi dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Kepada awak media, Budiman (47) menyampaikan apa yang telah dialaminya saat mengurus berkas administrasi pernikahan keluarganya yang berdomisili di Kelurahan Berohol Kota Tebingtinggi Kamis (02/03/2023).
“Sewaktu saya mengurus administrasi untuk pernikahan keluarga saya Rabu (22/02/2023), serasa dipersulit. Berkas yang berulangkali saya bawa ke Kantor Lurah Berohol, tetap ada saja kekurangannya karena tidak sekaligus penjelasannya. Hal inilah yang membuat saya komplain dengan pihak kelurahan,” ucap Budiman.
Lanjutnya, disaat saya komplain tersebut, Lurah Berohol Syaipul Amri justru emosi dan menyatakan tidak takut kepada siapapun karena dirinya berdarah preman dan berasal dari keluarga preman kepada saya, ujar Budiman.
“Dikarenakan lurah tersebut menyebut dirinya preman dan dari keluarga preman, untuk meredam arogansinya, saya sampaikan kepada yang bersangkutan bahwa saya menunjukkan identitas saya selaku wartawan dan beliau langsung lunak serta tidak lagi bersikap arogan kepada saya,” kata Budiman.
Atas kejadian ini, awak media konfirmasi kepada Camat Bajenis Dira Astama Trisna atas sikap lurahnya, Kamis (02/03/2023) via handphone maupun chatt whatsapp, namun sampai berita ini terbit tidak ada jawaban.
Mengacu kepada kejadian ini, diharapkan kepada Pj. Walikota Tebingtinggi Muhammad Dimiyati agar mengevaluasi jabatan yang disandang Syaipul Amri sebagai Lurah Berohol yang anggar dirinya preman serta arogan begitu juga Camat Bajenis Dira Astama Trisna yangvtidak kooperatif.
Rasanya mereka belum layak sebagai pemimpin yang mengayomi dan apabila mereka berdua tetap dibiarkan menjadi pemimpin, justru akan menjadi preseden negatif bagi Kota Tebingtinggi yang katanya melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanannya. Jargon Aparatur Sipil Negara BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan Akuntabel Kompeten Harmonis Loyal Adaptif Kolaboratif) itu hanya merupakan bahasa omong kosong.
(Hartono)